4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba

4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba - Selamat datang di situs media global terbaru Xivanki, Pada halaman ini kami menyajikan informasi tentang 4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba !! Semoga tulisan dengan kategori ini bermanfaat bagi anda. Silahkan sebarluaskan postingan 4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut dimudahkan Allah bagi anda, Lebih jelas infonya lansung dibawah -->



4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba



Silahkan di tulis kembali ya...
Semoga bermanfaat......
  




1. Bunga pertama

Karya Aan



Aku adalah sosok yang buta, tak pernah mengenal apa itu wanita

Aku tak pernah berurusan dengan cinta, karena bagiku cinta  

adalah dusta

Bagaimana tak dusta, ketika sang pecinta berkata, “Aku tak bisa

hidup tanpamu, tanpamu aku mati”.

Hhh,,,kebohongan macam apa ini?

Tapi, sejurus kemudian, aku diperlihatkan sesosok wanita cantik jelita

Matanya indah bak permata

            Wajahnya cantik bagai bidadari surga

            Dan senyumnya, oh,,,senyum yang menyejukkan hati





Mungkinkah aku??

Ah,,, entahlah. Yang jelas, aku merasakan gejolak yang aneh, hati yang berdesir, ketika aku melihatmu

Oh tuhan, bagaimana caranya aku menyikapi perasaanku ini

Aku bingung, sangat bingung

Dan aku, hanya bisa menyebutmu dalam setiap doaku

Untukmu, bunga pertamaku





2. Permaisuri Impian

Karya Aan Haha



Kau adalah sosok yang kudamba

Yang kuharapkan menjadi masa depanku

Ketika kurancang mimpiku, kau selalu menjadi bagian dalam setiap goresan tinta hitam

Entah itu fakta, atau realita yang belum terlaksana

            Semua yang berjiwa berharap, menjadi pendamping bagi dirimu

            Kau adalah idaman, bagi setiap calon raja

            Dan aku berharap, akulah raja bagi dirimu

            Raja sampai akhir hayat

Ini hukum alam, hanya raja yang bisa mendampigi permaisuri

Hanya yang memenuhi syarat yang mampu

Dan dengan waktu, aku siap bermetamorfosis

Memenuhi hukum alam,               

kau seperti magnet, menarik setiap pejantan untuk mendekat

Dikala yang lain menempuh jalan pendekatan

Kutempuh jalan lain

Kupilih doa sebagai senjataku

Agar aku menang secara terhormat

Menjadi juara dengan penghargaan janur kuning             







~Selesai~






 3. “Negeriku Sarang Bedebah”

Oleh Aan H.



Aku, kau dan kita bangga tinggal di tanah surga

Negeri yang elok, indah bagai taman digaris Khatulistiwa

Laut kita adalah kolam susu,

Tanah kita adalah emas, yang diatasnya membentang permadani hijau luas

Negeriku negeri raksasa

Besar dan gagah, bercokol di daratan Asia

Kita bangga tinggal di wilayah bak istana

Ini Indonesia, negeri yang kaya, negeri impian

Bagaimana tak menjadi impian?

Ketika kau lempar biji jadilah tanaman

Ketika kau lempar kayu jadilah pohon

Negeriku negeri yang subur

Negeriku negeri yang makmur

Negeriku, negeri yang penuh syukur

Tapi, itu hanya doktrin belaka

Negeriku tak seindah yang dikatakan

Kita hidup di tanah yang terjual

Kekayaan negeri ini, asing yang memegang kendali

Kita hidup di luar tali pembatas

Menjadi penonton di arena pribadi

Negeriku sayang,

Negeriku malang,

Kau rusak oleh para bedebah

Mereka, mereka yang berdasi tak ubahnya seperti penjajah

Menghisap darah rakyat

Mencengkeram bak Singa kelaparan

Mereka jual sebagian Indonesia

Mereka gadaikan negeri ini

Jikalau bung Karno tahu, pasti akan marah

Tak rela rakyatnya jadi budak di negeri sendiri

Sungguh, niatan bung Karno membawa Indonesia menjadi mercusuar dunia telah gagal

Pelaksana Negara yang tulus untuk bangsa telah lama mati

Tergantikan oleh para elit ambisius

Kini, kita harus telan pil pahit

Menjadi budak di rumah sendiri

Rakyat kita karyawan, merekalah bosnya, para asing


 


4. “Kau lebih besar dari yang kau kira

Karya Aan Haha



Hidupku gelap, hidupku penuh caci maki

Aku tak tahu apa musababnya,

Kutatap mereka yang besar, terasa terhimpit diri ini tertindih oleh kekuasaan sang genius

Mereka besar, tak tertandingi olehku yang kerdil

Aku, bagai tertindas oleh fakta

          Kegelapan masa depan menghantui

          Ketidakberdayaan masa kini menjadi sebab

          Aku sang pecundang, hanya bisa menjadi penonton

 Bagiku ini realita, tak bisa dilawan oleh secuil harapan

Aku tertunduk, makin tertunduk, ditundukkan oleh

kekalahan

Seiring melesatnya waktu, aku sadar, yang kulihat adalah sisi emas seseorang

Aku terlalu naïf, tak bisa menghargai permata yang disediakan tuhan

Aku harus bangkit, bangkit seperti semut yang menggigit

 Akan kugali permata diriku

Untuk kujual bagi mereka yang ragu

          Kini aku yakin, setiap jiwa yang berakal pasti dititipkan bekal

          Setiap pribadi yang hidup, pastilah besar

          Hanya diperlukan waktu untuk kita tahu, dimana kebesaran

kita berada

          Bangkitlah dan sadar, kau punya sesuatu untuk dibanggakan

Aku, kau dan kita tak berbeda

 sama-sama punya harapan

Sama-sama punya mimpi

Dan yang pasti, aku tak kerdil

Aku bisa, aku raksasa

         

  oKe.. terima kasih.... Dan jangna lupa mammpir kembali ya...



Demikian info 4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba, Semoga dengan adanya postingan ini, Anda sudah benar benar menemukan informasi yang memang sedang anda butuhkan saat ini. Bagikan informasi 4 puisi unggulan yang pernah memenangkan lomba ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Previous Post Next Post